BATANGHARI, TIGASISI.NET - Pemerintah Kabupaten Batanghari menginginkan masyarakat kembali mengingat sejarah peradaban yang pernah memiliki kejayaan pada masanya, terkhusus dalam sektor perdagangan di Pasar Lamo Muara Tembesi.
Pasar ini menjadi pusat perdagangan sejak tempo dulu, pada masa kolonial belanda. Sungai Batang Hari yang menghubungkan dua Sungai lainnya yakni Batang Tebo dan Batang Tabir menjadi jalur transportasi cukup efektif pada masa itu.
Kayu lapuk dimakan rayap, atap seng berkarat serta terangkat tertiup angin, dinding yang dipenuhi lumut, menandakan entah setua apa usia eks bangunan pasar tersebut.
Angker, memang sepintas terlihat menyeramkan, namun pasar ini menjadi transaksi jual beli yang cukup besar bagi masyarakat di bumi yang berjuluk serentak bak regam ini.
Untuk mengingat kejayaan itu, Pemkab Batanghari menggelar acara pameran sepekan Ekonomi Kreatif (Ekraf) dalam rangkaian Kenduri Swarna Bhumi Peradaban Sungai Batang Hari dulu Kini dan Nanti yang berlokasi di Pasar Lama Muara Tembesi.
Berbagai makanan serta kerajinan khas Batanghari akan tersaji di acara ini selama sepekan.
Bupati Batanghari, Muhammad Fadhil Arief pada Rabu, (24/8/22) resmi membuka pameran ekraf tersebut.
Ia mengatakan, Kenduri Swarna Bhumi ini turut mengedukasi para generasi muda untuk menghargai sejarah dan melestarikan budaya tempat tinggalnya.
"Ini harus kita ingat di memori kita dan jadi motivasi bahwa bangsa kita Batanghari ini sejarah perdagangan, pusat-pusat keilmuan itu ada di Pasar Muara Tembesi," kata Fadhil Arief.
Ayah empat anak ini berharap, masyarakat Batanghari mampu menjaga bangunan-bangunan tua yang masih tersisa.
Ia menuturkan, fisik bangunan yang masih berdiri tegak akan memberi bukti adanya sejarah bahwa Batanghari pernah menjadi pusat perbelanjaan negara luar.
"Pasar ini akan membuat anak cucu kita paham dengan sejarah Kabupaten Batanghari," ujarnya.
Reporter: Juniko