JAMBI, TIGASISI.NET - Wakil
Gubernur Jambi, Drs.H.Abdullah Sani,M.Pd.I., menyambut baik Program KEDAI KOPI
(Kedaireka, Kolaborasi, Partisipasi dan Inovasi) dalam rangka melindungi
ekosistem gambut yang berbasis Green
Energy. Hal tersebut disampaikan Sani pada acara Lepas Sambut Mahasiswa
Universitas Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada dalam Program KEDAI KOPI BRGM
(Badan Restorasi Gambut dan Mangrove) di Provinsi Jambi, bertempat di
Auditorium Rumah Dinas Gubernur Jambi, Senin (12/09/2022).
“Pemerintah Provinsi Jambi menyambut baik
program kegiatan yang diinisiasi atas kerja sama BRGM bersama Universitas
Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada dalam rangka mendukung perlindungan
ekosistem gambut berbasis green economy.
Kami mengharapkan agar pendampingan dan pelatihan kepada kelompok masyarakat
pada wilayah Provinsi Jambi ini melalui program Kedai Kopi dengan turun
langsung ke lapangan, pendekatan cultural, akan membuka wawasan dan memberikan
edukasi kepada masyarakat di kawasan lahan gambut tentang bagaimana
meningkatkan perekonomian agar lebih maju dan lebih baik melalui inovasi
pertanian yang sesuai dengan kondisi wilayah dan ramah lingkungan,” terang
Sani.
Sani mengemukakan, Pemerintah Provinsi Jambi
telah berkomitmen dan serius dalam melestarikan ekosistem lahan gambut yang ada
di wilayah Provinsi Jambi melalui pembentukan Tim Restorasi Gambut Daerah
dengan Surat Keputusan Gubernur Jambi Nomor: 148/Kep-KDK/DISHUT-TP/VII. Melalui
surat keputusan ini, perangkat daerah diminta untuk meningkatkan peran dan
fungsi lebih aktif dalam kegiatan pelaksanaan restorasi gambut di Provinsi
Jambi.
Sani mengungkapkan, Indonesia memiliki lebih
kurang 865 Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) dengan luas total lebih kurang 24,6
juta hektare, dan salah satunya berada di Provinsi Jambi, yakni seluas 617.562 hektare,
yang tersebar di Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan Kabupaten Sarolangun.
“Kegiatan restorasi telah diupayakan oleh
Pemerintah Provinsi Jambi, yakni kegiatan pembasahan gambut (peatland rewetting) untuk memulihkan
lahan gambut yang kering, revegetasi,
pengadaan benih pohon endemis untuk proses revegetasi lahan gambut terdegradasi
serta revitalisasi dengan tanaman atau kegiatan bisnis yang ramah lingkungan
terhadap lahan gambut guna mengangkat perekonomian masyarakat. Restorasi Gambut
ini tentu saja harus melibatkan semua pihak, kolaborasi dan partisipasi
Pemerintah Pusat dan Daerah hingga Pemerintahan Desa, pemangku kepentingan,
kelompok masyarakat, hingga institusi pendidikan,” ungkap Sani.
Sani mengharapkan melalui Program Kedai Kopi
ini, restorasi gambut tidak hanya sekedar pembangunan fisik saja, namun dengan
pendekatan khusus dari mahasiswa sebagai agen perubahan dan kerja sama dengan
perguruan tinggi sebagai bentuk implementasi dharma penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, maka percepatan proses pemulihan lahan gambut benar-benar
mulai dari tapaknya, dengan partisipasi dari pemerintah desa dan masyarakat
sebagai subjek penting yang berperan dalam upaya untuk melindungi ekosistem
gambut di wilayah masing masing.