BATANGHARI, TIGASISI.NET - Menjadi wakil rakyat bukan hanya milik seseorang yang terlahir dari keluarga politisi. Mantan tukang gali sumur pun bisa menyandang gelar wakil rakyat. Itulah yang dibuktikan Sudarto Hendro, SP (55), yang mencoba peruntungannya hingga masuk Gedung Parlemen.
Pria kelahiran 3 Mei 1968 ini, bisa dibilang nekat hijrah dari kampung halamannya di Tulungagung Jawa Timur ke Jambi. Pertimbangannya bisa dibilang sederhana, Jambi termasuk provinsi yang aman. Entah darimana sebenarnya, anak ke - 8 dari 9 bersaudara ini menyebut Provinsi Jambi daerah yang aman.
Pakde Hendro, begitu sapaan akrabnya, memutuskan hijrah ke Jambi tahun 1996 dengan berbekal keyakinan. Lika-liku perjalanan hidupnya boleh dikatakan tidak mudah. Di usia yang masih muda, ia sempat menjadi pengamen jalanan selama 3 tahun di Jakarta.
Mengenakan baju kaos yang sudah nyaris hilang warnanya, celana koyak lutut dan menghirup asap dari knalpot sedan-sedan jalanan itu sudah makanan sehari-hari.
Bersama 4 orang rekan ngamennya, Kios, Rumah Makan, Cafe, hingga Bus menjadi sasaran tempat bertahan hidup. Dengan alat musik sederhana dan suara yang pas-pasan, para pengamen ini mulai unjuk kebolehan. Lagu Didi Kempot jadi lagu andalan mereka.
"Biasa dipanggil situkang Gendang sama kawan-kawan ngamen," kenang Pakde Hendro sembari kepalanya mendongak ke atap yang dipenuhi sarang laba-laba usang, Rabu malam, (5/9/24).
Kota Samarinda, Balikpapan, Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, Jakarta hingga Jambi menjadi saksi bisu kisah pilu perjalanannya untuk menyambung hidup. Pada akhirnya Jambi lah menjadi tempat pelabuhan terakhirnya.
Di Jambi, tepatnya di Kabupaten Batang Hari, Pakde Hendro mengawali karirnya sebagai tukang gali sumur, pekerjaan beresiko ini ia terima dari tawaran seorang teman yang juga berasal dari daerah kampung halamannya.
Setelah 6 bulan menekuni sebagai tukang gali sumur, ia yakin bisa bertahan hidup. Maka diboyonglah keluarganya ke Jambi.
Saat tinggal di bedeng berukuran 6 × 7 meter bersama isteri dan anak-anaknya itulah menjadi momen duka dan derita yang tidak bisa dilupakan. Berlantai semen, beralaskan tikar pandan.
"Paling sedih kalau pas lebaran ga bisa pulang, 5 tahun merantau baru punya uang untuk pulang kampung," tuturnya lirih.
Ayah dari empat anak itu menggeluti pekerjaan sebagai tukang gali sumur selama 7 tahun. Musim kemarau menjadi berkah tersendiri baginya. Karena banyak yang membutuhkan jasanya untuk menggali sumur.
"Dari situ awal mulai nambah rezekinya, sebulan itu penghasilan bisa sampai Rp 14 juta," cerita Pakde Hendro mengenang perjuangannya.
"Mengandalkan pekerjaan tukang gali sumur, Alhamdulillah saya bisa nabung," sambung lelaki yang juga akrab disapa Abi itu.
Seiring peningkatan pendapatan, ia mencoba membuka usaha jualan Conblock. Masih bermodalkan keyakinan, satu persatu Conblock ia cetak dengan tangannya sendiri. Telapak tangan yang kasar dan kapalan menandakan Pakde Hendro merupakan sosok pekerja keras.
Bermula dari usaha ini kehidupan Pakde Hendro mulai meningkat. Merasa sudah memiliki sedikit modal, ia pun mencoba membuka peluang usaha-usaha baru. Bahkan berkat kegigihannya ia sudah mampu membeli kebun.
"Alhamdulillah, semuanya atas rezeki dari Allah," ujarnya.
Masuk Politik
Pada tahun 2024, Pakde Hendro mencoba peruntungan baru dengan masuk ke dunia politik. Merasa hidup bermasyarakat dan hubungan yang cukup baik, dengan mantap ia mengayunkan langkah kakinya mencalonkan diri sebagai DPRD Kabupaten Batang Hari.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi perahu yang ia tumpangi di pemilihan legislatif tahun 2024 Daerah Pemilihan I (Dapil) Muarabulian - Maro Sebo Ilir.
Cara kampanye Pakde Hendro terbilang cukup unik, bermodalkan Sound System yang diangkut diatas mobil Pick Up, Pakde Hendro mulai berkeliling ke desa-desa meyakinkan masyarakat.
Dengan perjuangan yang gigih, alhasil, KPU Batang Hari menetepkan hasil pemungutan suara, Pakde Hendro sukses meraih suara terbanyak partai PKS di Dapil I dengan perolehan suara 2.329.
"Ribuan terimakasih saya ucapkan atas amanah yang diberikan masyarakat, Insyaallah akan saya gunakan amanah ini dengan sebaik-baiknya," ucapnya.
30 Agustus 2024, merupakan hari bersejarah bagi suami Yuli Agustin ini. Tepat hari itu nama Sudarto Hendro resmi dilantik oleh Ketua Pengadilan Negeri Muarabulian sebagai anggota DPRD Kabupaten Batang Hari.
Pakde Hendro yang datang didampingi oleh sang istri menuju Gedung DPRD tampak gagah mengenakan Jas hitam dan Umi Yuli (sapaan akrab) yang juga terlihat elegan menggunakan gaun berwarna orange. Jelas bahwa pasangan ini bangga menggunakan warna kebesaran partai besutan Ahmad Syaikhu tersebut.
Usai dilantik mengucap sumpah, Pakde Hendro mulai beranjak menuju kursi yang telah ia perjuangkan. Duduk di kursi paling belakang bersebelahan dengan Yunninta Asmara, Pakde Hendro mengaku terharu.
"Sempat berkaca-kaca mata saya saat duduk di kursi itu, terasa mimpi," katanya tersipu malu.
"Dulunya saya yang menggunakan baju lusuh, robek, pakai sandal jepit dan membawa cangkul dibahu, tapi sekarang bisa duduk di DPR," kenangnya.
Rasa haru tak bisa dibendung Pakde Hendro ketika Bupati Batang Hari, Muhammad Fadhil Arief mengucapkan selamat secara langsung dari podium terhormat DPRD Batang Hari.
"Dari 35 anggota DPRD saya dikasih selamat secara langsung oleh Bupati Batang Hari, Pak Fadhil. Wah itu rasanya terharu sekali saya, ternyata Pak Fadhil masih ingat sama saya," tuturnya sumringah.
Pakde Hendro yang diketahui salah satu pentolan timses Fadhil-Bakhtiar di Pilkada Batang Hari 2020 lalu masih dikenal jelas oleh orang nomor wahid di Kabupaten Batang Hari itu.
"Insyaallah saya dari pihak legislatif akan berkolaborasi dengan pihak eksekutif, kita akan bekerjasama membangun Batang Hari Super Tangguh," pungkas Pakde Hendro.
Reporter: Juniko